![]() |
Pilar Utama Pendidikan Anak, niswah.net (pict: pixabay) |
Niswah.net – Ibarat bangunan, demikian kita menganalogikan sebuah peradaban. Peradaban pasti memiliki sistem dan penopangnya. Di antara unsur terpenting dalam membangun sebuah peradaban ialah sumber daya manusianya. Tak sekadar kuantitas, yang lebih penting dari itu ialah kualitasnya. Kualitas manusia yang mengisi dan berkontribusi nyata dalam membangun peradaban. Itulah yang akan menjadi cermin bagaimana kelak peradaban itu berdiri.
Bila kualitas sumber daya manusia menjadi faktor sentral berdirinya sebuah peradaban, maka tak pelak lagi, pendidikan adalah penentu kualitas tersebut. Dalam istilah Islam, kita mengenal pendidikan dengan berbagai macam derivasinya, di antaranya: ta’lim, ri’ayah, ta’dib, dan tarbiyah.
Secara singkat, ta’lim ialah pengajaran yang berorientasi pada aspek pemenuhan kebutuhan akal (kognitif). Ri’ayah berorientasi pada aspek pemenuhan jasad. Ta’dib berorientasi pada pembentukan perilaku. Tarbiyah mencakup seluruh aspek tersebut yang dilakukan secara bertahap dan melazimi suatu proses panjang.
Meski para pakar pendidikan berbeda pendapat soal istilah yang lebih tepat untuk mewakili definisi pendidikan Islam, tetapi secara singkat kita dapat mengambil kesimpulan bahwa pendidikan manusia haruslah mencakup tiga komponen utama pembentuk manusia, yaitu jasad, akal, dan jiwa.
Jika kualitas manusia ditentukan dari faktor tarbiyah (pendidikan), maka kurikulum pendidikan itu harus dipastikan terbukti dapat membina dan memperbaiki ketiga komponen utama pembentuk manusia. Bila demikian, kurikulum mana lagi yang lebih baik daripada kurikulum Nabi ﷺ dalam melahirkan manusia sekelas para shahabat, yang telah terbukti melahirkan mercusuar peradaban pada masanya?
Di atas semua itu, kita tidak boleh melewatkan masa kanak-kanak begitu saja. Tahap ini ialah tahap terpenting dalam upaya mendidik manusia seutuhnya. Masa kanak-kanak ialah masa di saat fitrah manusia masih terjaga, sehingga lebih mudah dibimbing dan diarahkan pada nilai-nilai yang selaras dengan fitrah penciptaan manusia.
إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا۟ مَا بِأَنفُسِهِمْ
“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS. ar Ra’du: 11)
Perhatikan ayat ini! Ayat ini mengisyaratkan dua dimensi perubahan suatu peradaban, yaitu individu dan sosial/masyarakat. Allah telah menetapkan hikmah bahwa perubahan sosial dapat terjadi bila sebelumnya tiap individu menyadari untuk membenahi dirinya sendiri terlebih dulu.
Hal ini sejalan dengan adagium, think globally, act locally. Bila kita mulai jengah melihat berbagai fitnah dan kerusakan yang tersebar merata hari ini, serta mengkhawatirkan masa depan anak keturunan kita, maka jangan jauh-jauh melangkah. Segeralah mengambil porsi dalam memperbaiki kualitas manusia. Mulai dari memperbaiki diri kita. Mulailah dari rumah-rumah kita sendiri.
Teruslah menempa diri dan keluarga kita, sebagaimana isyarat ayat tentang urutan prioritas ini, “Quu anfusakum wa ahlikum naara”, jagalah dirimu dan keluargamu dari neraka. Prioritaskan perbaikan diri dan keluarga kita terlebih dulu. Satu langkah kecil yang sangat berharga dan tak boleh dilewatkan dalam memperbaiki peradaban di masa depan.
(Ummu Hannah)
Referensi:
Asy Syantut, Khalid Ahmad, Dr. 2005. Rumah: Pilar Utama Pendidikan Anak. Robbani Press.
Jurnal PAI. Pengertian Ta’lim, Ta’dib, dan Tarbiyah dalam Pendidikan Islam. Diakses pada 30 April 2022 dari: https://www.jurnalpai.com/2018/05/pendidikan-islam-talim-tadib-dan.html