![]() |
Seorang guru wajib mengikhlaskan niat hanya untuk mencari ridha Allah semata, bukan kedudukan di mata manusia atas ilmu yang dimilikinya. Tidak diperbolehkan memanfaatkan ilmu yang dimiliki untuk memperoleh harta atau penghormatan. Apabila memperoleh upah, boleh menerima, asalkan bukan meminta.
Seorang muallim hendaknya mempunyai akhlaq yang mulia dan terpuji sebagaimana hadts nabi Muhammad saw, “Tidak ada amalan di atas timbangan yang lebih berat dari akhlaq yang mulia”, (HR. Ahmad, Abu Dawud dan At-Tirmidzi). Di antara akhlaq mulia yaitu zuhud terhadap dunia dan tidak terlalu ambil peduli terhadap dunia.
Ia memiliki sikap lemah lembut, bermanis muka, melazimi sifat wara’, khusyu’, tenang, berwibawa, dan tawadhu’. Menghindari sifat ujub, sombong, riya, banyak bergurau, memandang yang tidak perlu, dan melakukan hal yang sia-sia.
Komitmen seorang muallim harus terjaga dalam mengamalkan kewajiban-kewajiban syar’i berserta amalan-amalan sunnah lainnya. Bersikap tenang serta selalu menyempatkan mentadabburi ayat-ayat Al-Qur’an. Selalu muraqabah terhadap Allah baik sembunyi-sembunyi maupun secara terang-terangan.
Dalam berpenampilan, seorang guru hendaknya memakai pakaian yang paling baik. Disarankan putih dan bersih serta menghindari corak-corak terlarang yang mengandung unsur tasyabbuh.
Majelis disarankan diadakan di masjid sebagaimana sejarah zaman nabi. Peradaban dimulai dari masjid. Setelah sampai di majelis, hendaknya melakukan shalat dua rakaat di masjid tersebut. Jika majelisnya tidak berada di masjid, dapat menyempatkan diri ke masjid sekitar untuk menunaikan shalat.
Seorang guru dapat memperluas majelis agar suaranya didengarkan banyak orang. Dalam suatu majelis, seorang guru harus ceria dan bermuka manis, menanyakan kabar murid bila tidak hadir. Seorang guru juga harus menekankan agar semangat dalam mencari ilmu. Mengingatkan untuk meluruskan niat mencari ridha Allah. Apabila murid bersikap tidak baik maka seorang guru harus bersabar dan menasihatinya.
Seorang guru senantiasa mengingatkan murid-muridnya untuk bersikap zuhud terhadap dunia, meninggalkan kemewahan, ikhlas beramal, jujur, benar dalam segala tindakan, dan selalu muraqabah kepada Allah atas segala kegiatannya.
Mendampingi murid agar berada di jalan yang lurus memang tak mudah. Ada banyak tantangan tersendiri di setiap muridnya. Maka kembalikan kepada Allah, insya Allah dimudahkan. Selalu mendoakan murid-murid agar senantiasa berada di jalan kebenaran.
“Jadi guru tidak usah punya niat bikin pintar orang. Nanti kamu hanya marah-marah ketika melihat muridmu tidak pintar. Ikhlasnya jadi hilang. Yang penting niat menyampaikan ilmu dan mendidik yang baik. Masalah muridmu kelak jadi pintar serahkan pada Allah. Didoakan saja terus menerus agar muridnya mendapat hidayah” – Kiai H. Maemun Zubair
-Jundy Ash Shihah-
Sumber: Al-Adnani, Abu Fatiah & Abu Ammar. 2017. Mizanul Muslim. Sukoharjo: Cordova Mediatama.